[Klinik Terjemahan 2015] Naskah 12 – Penerjemah 1_Nur Aulia Afina

Berikut ini naskah terjemahan 12 yang diambil dari buku kumpulan cerpen The Best Horror Stories of Arthur Conan Doyle, dari cerpen yang berjudul “Silver Hatchet.”

[teks asli] On the 3rd of December 1861, Dr. Otto von Hopstein, Regius Professor of Comparative Anatomy of the University of Buda-Pesth, and Curator of the Academical Museum, was foully and brutally murdered within a stone-throw of the entrance to the college quadrangle.

[teks terjemahan] Pada tanggal 3 bulan Desember 1861, Dr. Otto van Hopstein, Regius Professor of Comparative Anatomy di University of Buda-Pesth, dan Curator di Academical Museum, ditemukan terbunuh secara mengenaskan di dekat tempat masuk lapangan dalam kampus dengan jarak selemparan batu.

[teks suntingan]

Pada tanggal 3 Desember 1861, Dr. Otto van Hopstein, Profesor Regius bidang Anatomi Perbandingan di Universitas Buda-Pesth sekaligus Kurator Museum Akademik, dibunuh secara sadis dan brutal dalam jarak sepelemparan batu dari pintu masuk kompleks universitas.


Besides the eminent position of the victim and his popularity amongst both students and townsfolk, there were other circumstances which excited public interest very strongly, and drew general attention throughout Austria and Hungary to this murder. The Pesther Abendblatt of the following day had an article upon it, which may still be consulted by the curious, and from which I translate a few passages giving a succinct account of the circumstances under which the crime was committed, and the peculiar features in the case which puzzled the Hungarian police.

Selain kedudukan terkemuka korban dan popularitasnya di antara mahasiswa-mahasiswanya dan penduduk lokal, terdapat keadaan lain yang membuat masyarakat tertarik, dan mendapat perhatian seluruhnya dari Austria dan Hungary mengenai pembunuhan ini. Di hari berikutnya Pesther Abendblatt menerbitkan artikel mengenai itu, yang mungkin masih dibicarakan oleh beberapa orang yang penasaran, dan yang aku terjemahkan beberapa bagian secara ringkas mengenai kejadian pembunuhan tersebut, dan karakteristik aneh di kasus ini yang membingungkan polisi di Hungary.

Selain kedudukan terkemuka dan popularitas korban di mata mahasiswa serta penduduk lokal, terdapat kondisi lain yang membangkitkan minat publik, dan mendapat perhatian dari seluruh Austria serta Hungaria. Surat kabar Pesther Abendblatt yang terbit keesokan harinya memuat artikel mengenai kasus itu, dan mungkin masih dijadikan rujukan oleh beberapa orang yang penasaran. Berikut ini aku terjemahkan beberapa bagian secara ringkas mengenai kondisi saat pembunuhan terjadi, dan karakteristik aneh di kasus ini yang membuat polisi di Hungaria kelimpungan.


“It appears,” said that very excellent paper, “that Professor von Hopstein left the University about half-past four in the afternoon, in order to meet the train which is due from Vienna at three minutes after five. He was accompanied by his old and dear friend, Herr Wilhelm Schlessinger, sub-Curator of the Museum and Privat-docent of Chemistry. The object of these two gentlemen in meeting this particular train was to receive the legacy bequeathed by Graf von Schulling to the University of Buda-Pesth. It is well known that this unfortunate nobleman, whose tragic fate is still fresh in the recollection of the public, left his unique collection of mediæval weapons, as well as several priceless black-letter editions, to enrich the already celebrated museum of his Alma Mater. The worthy Professor was too much of an enthusiast in such matters to intrust the reception or care of this valuable legacy to any subordinate; and, with the assistance of Herr Schlessinger, he succeeded in removing the whole collection from the train, and stowing it away in a light cart which had been sent by the University authorities. Most of the books and more fragile articles were packed in cases of pine-wood, but many of the weapons were simply done round with straw, so that considerable labour was involved in moving them all. The Professor was so nervous, however, lest any of them should be injured, that he refused to allow any of the railway employés (Eisenbahn-diener) to assist. Every article was carried across the platform by Herr Schlessinger, and handed to Professor von Hopstein in the cart, who packed it away. When everything was in, the two gentlemen, still faithful to their charge, drove back to the University, the Professor being in excellent spirits, and not a little proud of the physical exertion which he had shown himself capable of. He made some joking allusion to it to Reinmaul, the janitor, who, with his friend Schiffer, a Bohemian Jew, met the cart on its return and unloaded the contents. Leaving his curiosities safe in the store-room, and locking the door, the Professor handed the key to his sub-curator, and, bidding every one good evening, departed in the direction of his lodgings. Schlessinger took a last look to reassure himself that all was right, and also went off, leaving Reinmaul and his friend Schiffer smoking in the janitor’s lodge.

“Terlihat,” tulis artikel yang bagus sekali itu, “bahwa Professor von Hopstein meninggalkan kampus sekitar pukul setengah lima sore, untuk mengejar kereta yang datang dari Vienna pada pukul lima lebih tiga menit. Ia ditemani oleh sahabat kesayangannya, Herr Wilhelm Schlessinger, sub-Curator di Museum and Privat-docent of Chemistry. Tujuan kedua pria terhormat tersebut bertemu di kereta khusus itu untuk menerima warisan dari Graf von Schulling untuk University of Buda-Pesth. Perlu diketahui bahwa bangsawan ini, yang nasib tragisnya masih segar di ingatan publik, meninggalkan koleksi unik berupa senjata dari abad pertengahan, dan juga beberapa buku berisi tulisan bergaya kuno yang tak ternilai harganya, untuk memperkaya museum almamaternya yang sudah terkenal. Professor yang sangat berjasa itu terlalu bersemangat dalam hal ini untuk mengamanatkan atau menjaga warisan berharga ini ke siapa pun bawahannya; dan, dengan bantuan Herr Schlessinger, ia berhasil memindahkan semua koleksi dari kereta, dan menyimpannya di kereta kuda yang dikirim oleh pihak universitas. Kebanyakan buku dan barang pecah-belah lainnya disimpan di dalam kotak kayu pinus, tapi banyak senjata yang hanya ditaruh di jerami, sehingga seharusnya terdapat pekerja yang diikutsertakan dalam memindahkan barang. Professor itu sangat gelisah, bagaimanapun juga, kalau-kalau salah satu barang rusak, hingga ia menolak mengizinkan pegawai kereta api untuk membantu. Semua barang diangkut melewati peron oleh Herr Schlessinger, dan diserahkan ke Professor van Hopstein di kereta kuda, untuk disimpan dengan benar. Ketika semua barang sudah di dalam, kedua pria tersebut, masih menjalankan tugasnya dengan baik, kembali ke universitas, dengan Professor itu berada dalam kondisi baik, dan tidak sedikit pun bangga terhadap penggunaan fisiknya yang ia tunjukkan pada diri sendiri bahwa ia mampu. Ia melontarkan lelucon mengenai itu pada Reinmaul, penjaga gedung, dengan temannya Schiffer, seorang Yahudi Bohemian, dan mereka menyambut kembalinya kereta kuda tersebut dan mengeluarkan semua isi di dalamnya. Setelah meninggalkan rasa keingin tahuannya di ruang penyimpanan, dan mengunci pintunya, ia menyerahkan kunci itu ke sub-kuratornya, dan, setelah mengucapkan selamat malam ke semua orang, ia berjalan ke arah penginapannya. Schlessinger menoleh untuk terakhir kali untuk meyakinkan dirinya bahwa semuanya baik-baik saja, dan juga beranjak pergi, meninggalkan Reinmaul dan temannya Schiffer merokok di ruang penjaga.

“Rupanya,” tulis surat kabar yang bermutu itu, “Profesor von Hopstein meninggalkan kampus sekitar pukul setengah lima sore, untuk menyambut kereta dari Wina pada pukul lima lebih tiga menit. Ia ditemani oleh sahabatnya, Herr Wilhelm Schlessinger, wakil kurator di Museum serta dosen privat kimia. Alasan kedua pria terhormat tersebut menunggu kedatangan kereta yang dimaksud adalah untuk menerima warisan Graf von Schulling kepada Universitas Buda-Pesth. Perlu diketahui bahwa bangsawan ini, yang nasib tragisnya masih segar di ingatan publik, meninggalkan koleksi unik berupa senjata dari abad pertengahan, dan juga beberapa buku kuno yang tak ternilai harganya, untuk memperkaya perbendaharaan museum almamaternya yang sudah terkenal. Profesor yang sangat berjasa itu terlalu bersemangat dalam hal ini untuk mengamanatkan serah-terima warisan berharga ini ke bawahannya; dan, dengan bantuan Herr Schlessinger, ia berhasil memindahkan semua koleksi dari kereta, dan menyimpannya di kereta kuda yang dikirim oleh pihak universitas. Sebagian besar buku dan barang pecah-belah lainnya dikemas ke dalam peti kayu pinus, tapi banyak senjata sekadar diselubungi dengan jerami, sehingga butuh kerja keras untuk memindahkan semuanya. Namun demikian, profesor sangat gelisah, kalau-kalau salah satu barang rusak, hingga ia menolak mengizinkan pegawai kereta api untuk membantu. Semua barang diangkut melewati peron oleh Herr Schlessinger, dan diserahkan ke Profesor van Hopstein di kereta kuda, untuk disimpan dengan benar. Ketika semua barang sudah di dalam, kedua pria tersebut, masih menjalankan tugasnya dengan baik, kembali berkendara ke universitas. Suasana hati profesor sangat baik, dan ia bangga terhadap kekuatan fisik yang masih mampu dikerahkannya. Ia melontarkan lelucon mengenai hal itu pada Reinmaul, penjaga gedung, dan temannya Schiffer, seorang Yahudi Bohemian, yang menyambut kembalinya kereta kuda tersebut dan membongkar muatannya. Setelah meninggalkan koleksi benda aneh tadi di ruang penyimpanan dan mengunci pintunya, profesor menyerahkan kunci itu ke wakil kuratornya. Kemudian dia mengucapkan selamat malam kepada semua orang, dan berjalan menuju pondokannya. Schlessinger melakukan pengecekan terakhir untuk meyakinkan diri bahwa semuanya baik-baik saja, dan setelah itu dia pun beranjak pergi, meninggalkan Reinmaul serta temannya Schiffer merokok di ruang penjaga.


Berikut ini hasil screen-captured terjemahan yang telah disunting menggunakan track changes.

NASKAH TERJEMAHAN - 12_ PENERJEMAH 1 (Nur Aulia)__001

NASKAH TERJEMAHAN - 12_ PENERJEMAH 1 (Nur Aulia)__002

NASKAH TERJEMAHAN - 12_ PENERJEMAH 1 (Nur Aulia)__003

Catatan untuk penerjemah:

  1. Terjemahan sudah baik secara literal, tapi masih belum mengalir dan terasa betul “terjemahannya”. Ada beberapa kalimat yang salah diterjemahkan (karena memang katanya bermakna majemuk.) Tapi kembali lagi ke tugas penerjemah untuk mengalihbahasakan suatu kata/kalimat sesuai dengan konteksnya. Saran saya sih, jangan terlalu letterlijk.
  2. Penerjemah tidak menerjemahkan istilah-istilah/nama-nama negara ke bahasa Indonesia. Misalnya: Hungary, atau Regius Professor, sub-curator, University of Buda-Pesth dll.
  3. Berikut ini beberapa kalimat yang salah konteks/terjemah:
  • Naskah asli: It appears…
    • Terjemahan: Terlihat…
    • Suntingan: Rupanya…

Penjelasan: “it appears” dalam kalimat ini berarti apparently. It appears memang bisa juga diterjemahkan jadi “terlihat” atau “kelihatannya” atau “tampaknya”, tapi dalam konteks kalimat, akan lebih enak dibaca jika diterjemahkan sebagai “rupanya” atau “ternyata…”

  • Naskah asli: so that considerable labour was involved in moving them all.
    • Terjemahan: sehingga seharusnya terdapat pekerja yang diikutsertakan dalam memindahkan barang
    • Suntingan: sehingga butuh kerja keras untuk memindahkan semuanya.

Penjelasan: labour di dalam kalimat ini artinya work, especially hard physical work.

  • Naskah asli: curiosities…
    • Terjemahan: rasa keingintahuannya
    • Suntingan: koleksi benda aneh.

Penjelasan: curiosities maksudnya a strange or unusual object or fact.

  • Naskah asli: took a last look…
    • Terjemahan: menoleh untuk terakhir kali…
    • Suntingan: melakukan pengecekan terakhir

Terima kasih sudah bersedia mengikuti klinik terjemahan 2015.

Best regards,

Nadya