[Klinik Terjemahan 2015] Naskah 07

Teks sumber:

Prologue                                                  

The arguing had gone on most of the night. In her room just three doors down the hall from her parents’ master suite, Abby had been able to hear the sound of raised voices, but not the words. It wasn’t the first time they’d fought recently, yet this time something felt different. The noisy exchange itself and fretting about it kept her awake most of the night.

Until she walked downstairs just after dawn and saw suitcases in the front hallway, Abby hoped she’d only imagined the difference, that the knot of dread that had formed in her stomach was no more than her overactive imagination making something out of nothing. Now she knew better. Someone way leaving this time—quite possibly forever, judging from the pile of luggage by the door.

She tried to quiet her panic, reminding herself that her dad, Mick O’Brien, left all the time. An internationally acclaimed architect, he was always going someplace for a new job, a new adventure. Again, thoug, this felt different. He’d only been home a couple of days from his last trip. He rarely turned right around and left again.

“Abby!” Her mother sounded startled and just a little edgy. “What are you doing up so early?”

Abby wasn’t surprised that her mother was caught off guard. Most teenagers, including Abby and her brothers, hated getting up early on the weekends. Most Saturday it was close to noon when she finally made her way downstairs.

Abby met her mother’s gaze, saw the dismay in her eyes and knew instinctively that Megan had hoped to be gone before anyone got up, before anyone could confront her with uncomfortable questions.

“You’re leaving, aren’t you?” Abby said flatly, trying not to cry. She was seventeen, and if she was right about what was going on, she was the one who was going to have to be strong for her younger brothers and sisters.

Megan’s eyes filled with tears. She opened her mouth to speak, but no words came out. Finally, she nodded.

“Why, Mom?” Abby began, a torrent of questions following. “Where are you going? What about us? Me, Bree, Jess, Connor, and Kevin? Are you walking out on us, too?”

“Oh, sweetie, I could never do that,” Megan said, reaching for her. “You’re  my babies. As soon as I’m settled, I’ll be back for you. I promise.”

Terjemahan dan suntingan:

Tiurida-1 Tiurida-2

Ulasan:

  1. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Meski kadang-kadang terkesan sepele, penerjemah yang baik, menurut saya, sangat disarankan untuk memahami kaidah EYD.

Misalnya, pemakaian huruf besar atau kapital. Secara umum, huruf kapital dipakai di huruf pertama sebuah kalimat, nama orang/bulan/tahun/hari, dan dalam petikan langsung. Kata sapa seperti ‘Ibu’ juga harus diawali huruf besar. Kata-kata seperti ‘arsitek’ (profesi) dan ‘beliau’ (kata ganti orang) tidak perlu diawali dengan huruf besar. Pengecualian terdapat pada kata ganti orang ‘Anda’ yang selalu diawali huruf besar.

Pelajari juga pemakaian kata depan ‘di’, ‘ke’, dan ‘dari’, yaitu terpisah dari kata berikutnya. Bedakan kata depan tersebut dengan imbuhan ‘di-‘, yaitu digabungkan dengan kata kerja berikutnya karena menandakan kata kerja pasif. Jadi, gunakan ‘di setiap’ alih-alih ‘ditiap’ dan ‘ke mana’ alih-alih ‘kemana’.

KBBI juga harus menjadi senjata penerjemah. Periksa selalu ejaan yang benar, misalnya untuk ‘air mata’.

  1. Rasa Bahasa

Dalam menerjemahkan, kita juga harus melihat genre dan konteks ceritanya. Kalau dialog terjadi antara ibu dan anak, pilih kata yang tidak terlalu kaku, misalnya ‘kenapa’ dan ‘aku’. Tidak perlu gunakan ‘Anda’ kalau hubungan kedua tokoh sudah akrab.

Kadang-kadang, pemakaian slang atau bahasa sehari-hari juga dibolehkan–dengan catatan, memang sesuai dengan gaya penulisan (disebut juga gaya selingkung) sang penulis.

  1. Logika

Saat menerjemahkan, lama-kelamaan kita akan melihat fakta-fakta yang disebarkan penulis di sepanjang bukunya. Penerjemah sebaiknya bisa merangkai fakta itu agar transfer informasi (dan budaya) berjalan mulus. Misalnya, di paragraf kelima, tertera:

Most teenagers, including Abby and her brothers…

Lalu, di paragraf ketujuh ada kalimat:

for her younger brothers and sisters.

Jadi, bisa disimpulkan Abby anak tertua dan punya beberapa adik. Bahasa Inggris cenderung menyebut ‘brother and sister‘, sementara budaya Indonesia cenderung memakai istilah ‘adik-kakak’. Gunakan fakta di paragraf ketujuh ke paragraf kelima dan gabungkan dengan budaya lokal sehingga lebih aktual dan membumi. Pemakaian kata ‘saudara laki-laki’ atau ‘saudara yang lebih muda’ tidakah salah, tapi kurang efektif sekaligus bisa berarti ganda, yaitu relative atau sanak-saudara.

  1. Tata Bahasa

Meski menerjemahkan ke bahasa Indonesia (bahasa target), kita juga harus cermat memahami bahasa asal (bahasa Inggris). Perhatikan tata bahasa untuk kalimat:

Abby wasn’t surprised that her mother was caught off guard.

Abby tidak terkejut melihat ibunya tertangkap basah.

–> Abby bisa mengerti kalau ibunya tampak terkejut.

  1. Efektif dan Padu

Siapa bilang penerjemah tidak boleh mengubah susunan kata naskah asli pada terjemahan? Menurut saya, khusus untuk novel/fiksi, hal itu sah-sah saja. Anda bisa mengubah susunan kata, bahkan menjungkirbalikkan kalimat-kalimatnya demi mendapatkan kalimat yang koheren, padu, efektif, enak dibaca, dan sesuai dengan tata bahasa Indonesia. Penting juga diingat bahwa pembaca harus paham dalam satu-kali baca dan Anda tidak merusak gaya penulisan sang penulis.

Misalnya, jika dalam satu kalimat ada terlalu banyak anak kalimat dan malah membuat pembaca bingung (mungkin karena terlalu banyak koma), bagi saja menjadi dua kalimat. Ini cara yang wajar dan jamak.

Pada paragraf pertama dan kedua, ada beberapa susunan yang ‘diputar’ agar lebih efektif dan padu.

Naskah asli:

Until she walked downstairs just after dawn and saw suitcases in the front hallway, Abby hoped she’d only imagined the difference, that the knot of dread that had formed in her stomach was no more than her overactive imagination making something out of nothing. Now she knew better. Someone way leaving this time—quite possibly forever, judging from the pile of luggage by the door.

Hasil suntingan terjemahan:

Abby berharap bahwa pertengkaran itu hanya imajinasinya, bahwa ketegangan yang terasa membelit di perutnya hanyalah rekayasa imajinasinya yang terlalu berlebihan padahal tidak terjadi apa-apa. Namun, saat menuruni anak tangga beberapa saat setelah fajar dan melihat koper-koper di lorong depan, dia pun mengerti. Kali ini, ada yang pergi—kemungkinan besar untuk selamanya, jika dilihat dari jumlah koper di pintu.

Tips-tips:

  1. Utamakan kalimat yang efektif dan padu agar pembaca mudah mencernanya. Coba posisikan diri Anda sebagai pembaca yang sibuk, pembaca yang tidak punya banyak waktu untuk membaca sebaris kalimat hingga tiga kali supaya paham betul maksudnya.
  2. Jadikan EYD dan tata bahasa (baik bahasa target maupun bahasa asal) sebagai panduan menerjemahkan.
  3. Terus latihan supaya rasa bahasa dan logika terasah. Coba posisikan diri Anda sebagai si tokoh dalam cerita itu. Tanyakan pada diri Anda, “Apakah saya akan berkata seperti itu ke ibu saya?” misalnya.
  4. Selalu periksa ulang fakta-fakta yang disebutkan penulis. Terutama untuk novel bertema sejarah: tahun, nama orang, nama kota, nama negara, dan sebagainya.

 

Silakan terus berlatih!

Riri