[Klinik Terjemahan 2015] A Wind in The Door

Saya memilih bahan dari buku A Wind in The Door karya Madeleine L’Engle, buku kedua serial Time Quintet. Saya menerjemahkan buku pertamanya yang berjudul Wrinkle In Time (Penerbit Atria).

Ini adalah teks asli dari bab pertama buku tersebut:

ONE

Charles Wallace’s Dragons

 

“There are dragons in the twins’ vegetable garden.”

Meg Murry took her head out of the refrigerator where she had been foraging for an after-school snack, and looked at her six-year-old brother. “What?”

“There are dragons in the twins’ vegetable garden. Or there were. They’ve moved to the north pasture now.”

Meg, not replying—it did not do to answer Charles Wallace too quickly when he said something odd—returned to the refrigerator. “I suppose I’ll have lettuce and tomato as usual. I was looking for something new and different and exciting.”

“Meg, did you hear me?”

“Yes, I heard you. I think I’ll have liverwurst and cream cheese.” She took her sandwich materials and a bottle of milk and set them out on the kitchen table.

Charles Wallace waited patiently. She looked at him, scowling with an anxiety she did not like to admit to herself, at the fresh rips in the knees of his blue jeans, the streaks of dirt grained deep in his shirt, a darkening bruise on the cheekbone under his left eye.

“Okay, did the big boys jump you in the schoolyard this time, or when you got off the bus?”

“Meg, you aren’t listening to me.”

“I happen to care that you’ve been in school for two months now and not a single week has gone by that you haven’t been roughed up. If you’ve been talking about dragons in the garden or wherever they are, I suppose that explains it.”

“I haven’t. Don’t underestimate me. I didn’t see them till I got home.”

Whenever Meg was deeply worried she got angry. Now she scowled at her sandwich. “I wish Mother’d get the spreadable kind of cream cheese. This stuff keeps going right through the bread. Where is she?”

“In the lab, doing an experiment. She said to tell you she wouldn’t be long.”

Berikut ini adalah hasil terjemahan ketiga peserta dan hasil suntingan saya:

Faisal Bosnia Ahmad

Bosnia 1

Bosnia 2

Gentur Aji Satyananto

Gentur 1

Gentur 2

Abduraafi Andrian

Abduraafi 1

Abduraafi 2

Secara keseluruhan, peserta mampu menerjemahkan teks, hanya ada beberapa kekurangan yang umum terjadi (seperti belum bisa membedakan kata depan dan awalan “di”, penempatan spasi).

Selain itu, ada beberapa catatan dan masukan yang saya berikan.

CATATAN

  1. Riset

Riset penting dalam menerjemahkan, baik itu riset tentang naskah yang akan diterjemahkan (dalam naskah fiksi: genre, tokoh, setting, dll.) dan isi naskah tersebut.

Genre buku ini adalah fantasi sains, untuk pembaca anak dan remaja. Ringkasan cerita dengan mudah bisa kita dapatkan di Internet.

Yang ingin saya soroti tentang riset adalah terjemahan Bosnia. Bosnia sudah melakukan riset tentang istilah yang masih asing untuk pembaca, yaitu liverwurst, dengan mencantumkan catatan kaki untuk menjelaskan. Saya pribadi lebih suka untuk memasukkan keterangan ke dalam teks terjemahan, misalnya diberi tanda sengkang: “liverwurst—sosis campuran daging dan hati—” karena saya sendiri sering lelah jika membaca terlalu banyak catatan kaki. Tapi, Bosnia melewatkan riset tentang tokoh, dan menerjemahkan “twins” menjadi “ganda”, padahal seharusnya “si kembar”, adik-adik Meg.

  1. Ketepatan menerjemahkan

Saya ambil contoh teks dari Abduraafi, yang menerjemahkan “dragons” menjadi “naga” dan teks Bosnia yang menerjemahkan menjadi “naganya”. Kadang-kadang, ada beberapa bentuk jamak yang memang tidak perlu diterjemahkan, tapi jika “dragons” di sini hanya diterjemahkan menjadi “naga”, bukan “naga-naga”, artinya akan salah. Di teks dari Guntur juga ada “I haven’t.” yang diterjemahkan menjadi “Aku memang tidak dipukuli.” , padahal maksudnya Charles Wallace tidak membicarakan naga-naga itu di depan anak-anak lain.

  1. Alih budaya

Kadang ada teks yang perlu dialihbudayakan, kadang ada yang tidak. Contohnya dari terjemahan Bosnia, saat Meg menyebut dirinya “kakak” saat bicara dengan Charles Wallace. Di Indonesia, lazim seorang kakak menyebut dirinya begitu saat berbicara dengan adik, tapi dalam cerita ini, akan terasa ganjil jika Meg bicara begitu.

  1. Rasa bahasa

Sebetulnya tidak semua teks yang saya coret dan ganti itu salah. Kadang hanya rasa bahasa dan selera yang berbeda. Kadang ada terjemahan yang harus singkat dan lugas, kadang ada yang cocok jika diterjemahkan dengan gaya bahasa berbunga-bunga dan puitis. Kadang ada beberapa kata yang lebih enak jika posisinya ditukar, atau penggunaan kata lain yang rasanya lebih pas (meskipun artinya sama).

 

MASUKAN (BERDASARKAN PENGALAMAN SAYA PRIBADI)

  1. Jika sedang menerjemahkan, anggaplah diri kita sebagai aktor dan teks sebagai film. Bayangkan kita menjadi tokoh dalam kisah itu, resapi ceritanya, dalami perannya. Ini akan sangat membantu dalam menerjemahkan genre yang berbeda, misalnya dalam memilih kata.
  2. Baca keras-keras sebagian teks, terutama kalimat-kalimat panjang. Bayangkan kita sedang membacakannya kepada seseorang yang sama sekali belum tahu ceritanya. Kalimat-kalimat panjang sering membingungkan saat diterjemahkan, biasanya kita akan merasakan sendiri jika ada kalimat yang kurang enak atau ganjil.

Semoga berguna!

Maria M. Lubis

Leave a comment